Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) bersama lembaga nirlaba internasional di bidang air bersih Waterkeeper Alliance merilis laporan kajian yang menunjukkan bahwa pertambangan batu bara menjadi ancaman besar bagi ketahanan pangan Indonesia. Laporan tersebut memperkirakan bahwa 1,7 juta ton beras di Indonesia hilang setiap tahunnya akibat pertambangan batu bara. Bahkan ke depannya, jumlah tersebut akan bertambah hingga 6 juta ton produksi beras yang hilang.
Menurut data Jatam, hampir sepersepuluh lahan di Indonesia dialokasikan untuk pertambangan batu bara dan sebanyak 80 persen lahan tersebut sudah ditambang.
“Apabila lahan tambang batu bara yang sedang dalam proses eksplorasi mulai masuk ke proses produksi atau penggalian maka Indonesia akan kehilangan 11 juta ton beras per tahunnya. Bahkan jika produktivitas tanahnya diperbaiki dengan irigasi, varietas benih, dan pupuk akan ada 50 juta ton beras yang hilang,” ujar Koordinator Nasional JATAM, Merah Johansyah, Minggu 7 Mei 2017.
Baca juga: https://tirto.id/indonesia-terancam-kehilangan-77-juta-ton-beras-per-tahun-coga
Juru Kampanye Energi Internasional dari Waterkeeper Alliance Paul Winn menjelaskan, kehilangan pangan ini terjadi akibat dari banyaknya perusahaan batu bara yang tidak melakukan kewajiban mereka untuk merehabilitasi lahan bekas galian tambang.
“Air asam dari bekas galian tambang batu bara menyebabkan kontaminasi sumber air bagi perikanan dan pertanian sehingga membunuh ikan dan menghancurkan panen padi. Selain itu, di Indonesia belum ada peraturan mengenai ambang batas aman logam berat untuk melindungi lahan pertanian dan perikanan,” ujarnya.
Paul mengatakan, sebanyak 15 dari total 17 sampel air di situs-situs tambang batu bara Kalimantan Timur menunjukkan konsentrasi logam berat yang tingkat keasamanannya melebihi ambang batas aman untuk pertanian dan air tanah. Petani dan peternak ikan yang diwawancarai untuk laporan ini mengatakan terjadi penurunan hingga 50 persen pada lahan pertanian dan 80 persen pada produksi ikan mereka.
Tidak hanya mengancaman pangan, pakar kesehatan lingkungan dari Universitas Indonesia Budi Haryanto pada kesempatan yang sama mengatakan penambangan batu bara dapat meracuni hingga menyebabkan kematian dini pada manusia.
“Air minum, hasil produksi pangan, juga hewan ternak yang tercemar logam berat dari tambang jika terus dikonsumsi dalam jangka panjang bisa menyebabkan penyakit kronis seperti kanker. Partikel-partikel halus dari pembakaran batu bara juga bisa masuk ke dalam hidung, paru-paru, jantung, bahkan ke otak, dan merusak syaraf,” ucapnya.
Jatam menuntut agar Pemerintah dapat bersikap tegas dan memberikan sanksi pada perusahaan tambang batu bara yang tidak melakukan reklamasi pada bekas galian tambang mereka. Selain itu, Jatam juga menagih janji Presiden Joko Widodo untuk melakukan ketahanan pangan. “Selama tiga tahun Jokowi berkuasa tidak ada tanda-tanda ketahanan pangan terwujud, yang ada justru darurat pangan,” kata Merah Johansyah.
Baca laporan lengkapnya disini
Sumber: https://www.tempo.co/