Pengantar
Catatan ini dibuat Siti Maimunah yang mewakili JATAM dan TKPT mengikuti COP 26 di Glasgow. Mai, adalah mahasiswa S3 Universitas Passau Jerman dan juga fellow WEGO-ITN, Marie Sklodowska Curie yang saat ini menjabat Badan Pengurus JATAM dan pendiri TKPT. Ia memaparkan kesaksiannya secara berkala selama mengikuti COP26 dengan kaca mata yang berbeda.
Hari Ketiga
Sungai Clyde, Penjajahan, Revolusi Industri dan Para Sponsor COP26
Siang ini, saya mengunjungi Green zone, atau zona hijau yang menjadi lokasi kegiatan publik dari COP26. Mereka yang tak punya akreditasi PBB bisa datang ke zona hijau menunjukkan sudah melakukan tes harian bebas Covid-19. Zona hijau aslinya adalah Gedung “Scotish Science Centre” atau Pusat Ilmu pengetahuan Skotlandia, yang berada di sebelah sungai Clyde. Green zone ini mirip tempat expo-nya UNFCCC, sebab semua isu yang dikaitkan dengan perubahan iklim tumpah ruang di lokasi ini. Ada pameran organisasi-organisasi organisasi Non pemerintah dan lembaga penelitian di ruang kecil yang disekat-sekat, namun korporasi khususnya para sponsor utama KTT Perubahan Iklim mendapat porsi ruang yang cukup besar. Para sponsor yang disebut sebagai principal partner ini adalah Unilever, Sainsbury’s, Sse, Reckitt, Sky, Hitachi, Scottish Power, Nationalgrid, Gsk, dan Microsoft. Pun di Blue zone atau zona biru, ruang negosiasi formal COP26 juga tak lepas dari kehadiran lebih dari 100 pemimpin bisnis yang terkait dengan penyebab perubahan iklim. Jejak para pebisnis yang selama ini terlibat dalam perusakan hutan dan pertambangan bisa dilihat logonya sebagai pendukung pavilyun resmi Indonesia di zona biru (lihat gambar 3).
Jejak industri juga melekat di sepanjang Sungai Clyde, tempat COP26 diselenggarakan.
Pentingnya Sungai Clyde bagi Glasgow seperti isi slogan “Glasgow made the Clyde, and the Clyde made Glasgow”. Sungai ke-3 terbesar di Skotlandia dan terbesar ke-9 di Inggris ini merupakan bagian penting dari tumbuhnya imperium Inggris. Sungai ini urat nadi kota Glasgow di masa lalu sebagai kota perdagangan, atau merchant city. Diawali sebagai pusat pembuatan kapal, kota Glasgow terus berkembang menjadi pusat perdagangan tekstil, disusul gula dan tembakau pada abad 17 dan abad 18. Tiga komoditas dagang ini mendorong urbanisasi ke kota Glasgow, migrasi orang wilayah termasuk desa-desa sekitar. Kota ini menghubungkan imperium Inggris dengan negara-negara jajahannya, termasuk wilayah Karibia yang dieksplotasi untuk memproduksi kapas dan gula serta Amerika untuk memproduksi tembakau yang ditopang oleh praktek perbudakan orang-orang Afrika. Komoditas-komoditas ini juga memicu naiknya kebutuhan dan perluasan tambang bijih besi dan batubara.
Saya baru menyadari peran Glasgow dalam menggerakkan perluasan kapital setelah membaca sejarah penemuan mesin uap dunia. Thomas Newcomen adalah penemu mesin uap pada abad 17, namun James Watt lah yang membuatnya lebih ekonomis, irit dan efektif. Watt adalah seorang insinyur dari salah satu keluarga kaya di Glasgow, dia juga pengajar di Universitas Glasgow. Penemuan mesin uap inilah yang mempercepat putaran industri di Glasgow dan seluruh dunia. Mesin uap adalah penggerak penting revolusi industri abad 18 yang mendorong percepatan eksplotasi alam dan manusia di negara jajahan. Glasgow tumbuh menjadi kota kedua imperium Inggris yang ditopang oleh eksploitasi alam dan perbudakan di negara jajahan, urbanisasi kota dan perusakan lingkungan sepanjang Sungai Clyde.
Lalu lalang 60 kapal tenaga mesin uap pada 1836 di sepanjang Sungai Clyde merupakan salah satu penanda revolusi industri. Tubuh Sungai Clyde sejak lama diubah, diperluas dan diperdalam dalam beberapa abad untuk menyesuaikan dan melayani perluasan industri serta bisa dilewati kapal-kapal besar, bersama dengan pencemar yang dihasilkan. Selain pusat pabrik kapal dunia, Glasgow tak lama kemudian juga menjadi pusat pembuatan lokomotif tenaga mesin uap. Industri kapal di pinggiran Sungai Clyde telah memproduksi puluhan ribu kapal mulai kapal-kapal perdagangan, kapal mewah (yacht) hingga kapal-kapal perang. Wilayah industri sekitar Sungai Clyde memiliki semua alasan untuk dijadikan sasaran ratusan pesawat pengeboman milik Jerman pada Maret 1941. Pengeboman ini tak hanya membunuh ratusan orang, tapi juga melumpuhkan industri perkapalan di Glasgow yang tak bisa lagi dipulihkan setelah perang usai. Belakangan Glasgow lebih dikenal sebagai kota budaya di Scotlandia.
Lantas apa hubungannya Glasgow dengan perubahan iklim? Penelitian British Geological Survey sepanjang 2006- 2009 menunjukkan sidik kimia dari jejak industri dalam 250 tahun terakhir di sepanjang Sungai Clyde digerakkan oleh penambangan dan pembakaran energi fosil, termasuk batubara dan minyak bumi yang ditandai naik turunnya kandungan zat Polyacromatic Hidrocarbons (PAHs) dan sumber PAHs dari biogenik ke energi fosil. Penanda lainnya adalah tingginya kandungan Polychlorinated Biphenyls (PCBs) yang dihasilkan industri sepanjang sungai Clyde. Glasgow sebagai kota imperium kedua Inggris merupakan salah satu kota penting bagi lahir dan tumbuhnya revolusi industri yang menandai intensitas tinginya pencemaran atmosfir bumi sebagai penyebab utama perubahan iklim.