Rencana perluasan penambangan panas bumi Ulumbu membawa ancaman bagi warga dan lingkungan. Aaktivitas penambangan panas bumi ini diduga telah menimbulkan banyak masalah, mulai dari kesehatan warga, tanaman lahan pertanian dan perkebunan, fasilitas publik seperti gedung sekolah dan jembatan, berikut potensi konflik yang mulai bermunculan yang salah satunya akibat tidak terealisasinya janji-janji awal PLTP Ulumbu dengan warga di Desa Wewo.

Kekhawatiran akan ancaman keselamatan dan ruang produksi itulah yang menyebabkan sebagian besar warga di Poco Leok menolak rencana perluasan wilayah penambangan PLTP Ulumbu. Apalagi, proses sosialisasi yang dilakukan selama ini searah, tidak ada informasi pembanding. Potensi warga dimanipulasi menjadi sangat besar, seperti yang terjadi di Poco Leok.

Selain itu, ekstraksi panas bumi yang menggunakan metode fracking Hydraulic Fracturing (fracking), yakni teknik stimulasi sumur dimana lapisan batuan di bawah diretakkan dengan fluida cair bertekanan tinggi, berpotensi besar menyebabkan terjadinya gempa bumi minor, pencemaran air, thermal pollution, dan juga amblesan di sejumlah titik.

Penelitian tentang Penentuan Struktur Sistem Panas Bumi Berdasarkan Data Geologi dan Data Gempa Mikro Daerah Ulumbu, Flores, yang dilakukan oleh Febri Nur Khomala (2016), menemukan, jika penyebaran gempa mikro di Poco Leok mengindikasikan sesar aktif dan zona reservoir tersebar dari arah barattimur dan barat laut-tenggara. Daerah komplek Poco Leok memiliki patahan atau sesar aktif dengan arah barat laut-tenggara.

Potensi bencana itu membayangi ekstraksi PLTP Ulumbu, termasuk rencana perluasannya ke Poco Leok. Poco Leok yang merupakan bagian dari jalur gunung api dengan kontur tanah yang tidak stabil sering kali mengalami bencana longsor, hingga sebagian warga dievakuasi.

Derita Rakyat dan Lingkungan di Balik PLTP Ulumbu

Download - PDF