Tidak terasa telah 10 tahun warga korban industri pertambangan Newmont Minahasa pindah dari Teluk Buyat. Kini mereka telah memiliki desa sendiri. Ya Desa Trans Pato’a. Nama bekennya di kalangan warga Bolaang Mongodow Selatan, Desa Trans Buyat. Banyak capaian yang telah mereka hasilkan pasca kepindahan. Mulai dari kehidupan ekonomi yang mulai membaik dan terutama kesehatan warga yang lebih terjamin.
Kepindahan tersebut sampai sekarang dirasakan oleh warga adalah keputusan tepat. Oleh karena itu, warga Trans Pato’a berinisiatif menggelar acara refleksi dan syukuran pasca 10 tahun kepindahan mereka. Setelah melakukan swadaya dan sumbangan dari berbagai pihak, acara pun digelar pada 13 Juni 2015 di halaman Desa Trans Pato’a. Acara tersebut dihadiri oleh seluruh warga Trans Pato’a dan perwakilan dari tiap desa termasuk Desa Duminanga sebagai desa induk. Hadir juga pihak Pemda Bolaang Mongodow Selatan (Bolsel) yang diwakili Kepala PMD dan anggota DPRD Bolsel. Tidak ketinggalan, perwakilan dari warga Pulau Bangka juga ikut hadir.

Acara tersebut diawali dengan doa bersama untuk mengucapkan syukur atas apa yang diperoleh warga dalam 10 tahun terakhir. Selanjutnya acara refleksi digelar. Anwar Stirman menjadi penyampai pertama. Beliau mengatakan acara ini sangat penting bagi sejarah kehidupan warga eks Buyat. “ Kita melihat ribuan ikan mati mengapung karena limbah. Kita merasakan betapa sedihnya kita meninggalkan semua yang kita bangun di Buyat. Kita juga merasakan adanya berbagai intimidasi atau kekerasan yang kita alami. Namun tempat itu tidak layak lagi ditinggali,” tuturnya.
Anwar mengajak warga untuk juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu proses kepindahan warga 10 tahun silam. “ Jangan lupa setelah acara ini, saya minta ke seluruh warga eks Buyat untuk menemui satu per satu keluarga di Duminanga yang dulunya menampung kita saat tiba pertama di sini,” ujarnya.
Selanjutnya Siti Maemunah dari Badan Pendukung JATAM. Beliau nyatakan bahwa kondisi warga eks Buyat di Trans Pato’a terkini, membuatnya semakin yakin bahwa keputusan pindah adalah pilihan yang sungguh tepat. Dia senang dan mengajak warga agar acara refleksi ini bukan untuk kembali ke masa lalu tapi sebagai motivasi tambahan untuk terus bangkit. “ Jangan juga warga merasa kalah dengan kejadian 10 tahun silam. Itu adalah kemenangan. Ingat bahwa karena Buyat lah untuk pertamakalinya pemerintah menggugat perusahan asing. Karena Buyat jugalah, pemerintah belajar untuk membuat peraturan yang lebih melindungi alam. Misalnya peraturan ijin lingkungan,” tegas Siti Maemunah.
Sementara itu Kepala PMD Bolaang Mongodow Selatan, Alsyari Kadullah mengungkapkan agar warga terus berjuang dan pemerintah akan memfasilitasi apapun yang terkait dengan kesejahteraan warga. Menurutnya, warga eks Buyat tidak dianaktirikan dalam pembangunan. “ Kami mendukung segala upaya untuk kehidupan warga yang lebih baik dan mari kita saling tolong menolong sebagaimana selama ini terjadi,” ujarnya. Dia menambahkan refleksi ini juga menjadi baik untuk semua termasuk untuk pemerintah daerah.
Dalam acara ini juga digelar foto bersama antara warga eks Buyat dan warga Duminanga yang menampung keluarga eks Buyat di rumahnya saat pertamakali tiba di Duminanga. Suasana kekeluargaan, keriangan dan haru sangat tersa dalam acara refleksi ini. Selanjutnya acara penyerahan kenang-kenangan dari JATAM berupa foto-foto 10 tahun silam dan buku kepada Anwar Stirman.
Warga berharap agar acara refleksi dapat digelar setiap tahunnya untuk selalu mengingatkan semua pihak akan betapa berbahayanya industri pertambangan. Sekaligus juga untuk menjadi sebuah catatan yang tidak boleh dilupakan oleh generasi penerus. Lebih dari itu menurut Anwar Stirman, sampai sekarang kasus Buyat belum selesai. Masih banyak korban berjatuhan akibat kondisi lingkungan di Teluk Buyat masih tercemar.
” Refleksi ini bukan untuk kita kembali ke masa lalu, tapi untuk mengingatkan siapa kita di masa lalu. Agar kita senantiasa waspada sekaligus berterima kasih pada saudara-saudara kita di Duminanga yang telah merelakan tanahnya untuk kita bangun kehidupan,” ujar pak Anwar.
Sekaligus mengingatkan Negara/pemerintah agar belajar dari peristiwa ini, bahwa pembangunan/investasi tidak boleh mencerabut keselamatan rakyat.